Yang KURANG dalam Gerakan dan Perjuangan Papua Merdeka
Catatan
lalu saya mencoret sedikit tentang "Yang SALAH dalam Gerakan dan
perjuangan Papua Merdeka", lalu sekarang sedikit coretan mengenai yang
KURANG dalam perjuangan ini.
Ada
perbedaan sedikit dalam mengartikan "YANG SALAH" dan "YANG
KURANG". Yang salah maksudknya ia seharusnya ada, tetapi tidak ada saat
ini. Sedangkan "YANG KURANG" berarti sebenarnya ada, tetapi ada
kekurangan dalam menyokong perjuangan Papua Merdeka.
Yang
kurang dalam perjuangan Papua Merdeka, antara lain:
- Dana perjuangan Papua Merdeka sebagai kekuarangan terbesar dalam perjuangan Papua Merdeka;
- Tokoh Papua Merdeka "yang disatukan" dalam satu wadah perjuangan;
- Gagasan TENTANG Papua Merdeka;
- Gagasan SETELAH PApua Merdeka
Sedikit
penjelasan dari point-point di atas:
Ad
1. Dana Revolusi West Papua
Dari
sisi administrasi keuangan
Dana
perjuangan Papua Merdeka tidak pernah disatukan, tidak pernah dibukukan, tidak
pernah ada administrasi keuangan perjuangan Papua Merdeka, apalagi tidak pernah
dilaporkan. Masing-masing orang yang mengkleim dirinya sebagai pejuang Papua
Merdeka menagih rakyat Papua semaunya, dengan jumlah semaunya dan
menggunakannya juga semaunya. Ini sebuah fenomena yang sangat memalukan.
Makanya kita sulit membayangkan bagaimana orang memperjuangkan pendirian sebuah
negara-bangsa modern tetapi menggunakan cara-cara preman dan masyarakat
kampung.
Dari
sisi penggunaan Dana
Ditambah
lagi, rakyat Papua sendiri tidak pernah memiliki hati yang jernih dan melek
untuk melihat siapa saja yang mempermainkan aspirasi dan sumbangan mereka dan
siapa yang pantas dipercaya.
Ditambah
lagi, Dana Revolusi sepanjang sejarah perjuangan Papua Merdeka kebanyakan
dihabiskan dengan JANJI-JANI BELI SENJATA di Jawa ataupun di Papua New Guinea.
Sementara senjata-senjata yang dibeli saja berupa senjata tua dan senjata
rakitan serta jumlahnyapun satu dua. Apalah gunanya memperlengkapi diri
dengan alat-alat tua dan rakitan, ditambah jumlahnya begitu sedikit lalu
membanggakan diri berjuang untuk sebuah negara-bangsa modern?
Dari
Sisi Pengumpulan Dana
Pengumpulan
Dana Revolusi West Papua juga dalam sejarah perjuangan bangsa Papua tidak
pernah dilakukan secara profesional. Tidak ada "Pundi Revolusi" yang
resmi dan ditagih secara terstruktur.
Disaming
tidak ditata dalam penagihannya, orang Papua-pun tidak semua terlibat dalam
memberikan sumbangan. Yang memberikan sumbangan yang sama saja, yang jumlahnya
tidak sampai 10 ribu orang.
Sebaiknya
dana perjuangan Papua Merdeka disumbangkan oleh SELURUH ORANG PAPUA, baik yang
kecil maupun dewasa, lelaki dan perempuan; bisa juga atas nama ang telah
meninggal ataupun yang akan lahir.
Dana
Revolusi juga seharusnya dikelola sebagai sebuah "PAJAK RAKYAT" yang
harus disumbang dalam jumlah yang tetap dan dalam waktu yang tetap pula.
Misalnya saja kalua satu orang Papua membayar pajak kepada perjuangan Papua
Merdeka sebesar Rp.10.000,- (Terbilang: Sepuluh Ribu Rupiah) per tahun, maka
jumlah penduduk asli Papua dikalikan dengan jumlah sumbangan setiap tahun akan
memberikan sumbangan yang begitu besar kepada perjuangan ini. Akan tetapi itu
tidak pernah terjadi. Kita lakukan sumbangan untuk perjuangan dengan cara
seperti "Acara bayar maskawin" atau "Acara bayar denda
adat", yang berlangsung seketika, oleh orang-orang yang hadir, dan untuk
jumlah terbilang saja. Sementara perjuangan ini tidak bisa dibatasi oleh waktu
dan tempat, oleh orang yang menyumbang, karena semua orang Papua WAJIB
menyumbang. Atau lebih tepat WAJIB MEMBAYAR PAJAK.
Selain
WAJIB PAJAK Penduduk Papua, juga ada sumbangan-sumbangan sukarela, sumbangan
kedukaan (kematian para pahlawan perjuangan Papua Merdeka), dan donasi lain
dari pihak asing (penduduk Papua asal Jawa, Makassar, China, Amerika Serikat
dsb.)
Dana
ini dikumpulkan dan dikelola oleh wadah Dana Revolusi, yang kemudian mengelola
keuangan secara terpisah daripada organisasi Perjuangan Papua Merdeka sebagai
badan pengelola keuangan yang independent, dengan sistem administradi, akutansi
dan menejemen keuangan yang profesional, yang dapat diaudit secara terbuka,
yang dikelola bukan saja oleh orang Papua tetapi oleh tenaga-tenaga profesional
yang dapat dibayar sebagai sebuah badan pengelola keuangan.
Ini
hanya mimpi, faktanya tidak ada, bukan? Salah siapa?
Ad
2. Tokoh Revolusi West Papua
Yang
saya maksudkan dengan tokoh Papua Merdeka bukan berarti tidak ada tokoh
sekarang. Tokoh politik dan tokoh militer orang Papua sudah banyak, dan banyak
sekali. Yang menjadi persoalan sekarang,
- Apakah kita saling mengakui ke-tokoh-an masing-masing?
- Lebih lanjut lagi, "Apakah kita tahu di mana letak kekuarangan dan kelebih dari tokoh-tokoh dimaksud?"
- Maksudnya, "Apakah kita mau saling mengakui kelebihan dan kekurangan kita dan memberi credit kepada kelebihan yang dimiliki masing-masing tokoh"?
Pertanyaan
yang sebenarnya ialah,
- Mengapa orang Papua tidak sanggup menjadikan satu orang saja sebagai tokoh politik dan satu orang juga sebagai tokoh militer untuk perjuangan Papua Merdeka?
- Mengapa kita sibuk dengan membentuk organisasi baru dan mengangkat diri sebagai pimpinan organisasi dimaksud?
- Mengapa kita membentuk organisasi baru, mengangkat diri, lalu tidak pernah mau dan rela mengakui organisasi induk yang telah lama ada dan berjuang beserta para pejuangnya yang seumur hidup mempertahankan aspirasi bangsa Papua tanpa lelah?
- Mengapa kita tidak saja mengangkat tokoh politik dan tokoh militer yang ada saja, walaupun kita membentuk organisasi baru?
Ini
semua pertanyaan yang perlu dijawab oleh masing-masing pihak. Yang jelas bangsa
Papua ialah bangsa yang paling memenuhi syarat untuk diperbudak, begitu kata
Dr. Pdt. Benny Giay. (Kita akan lihat dalam catatan lain tentang "Mengapa
bangsa Papua Memenuhi Syarat sebagai Budak")
Ad
3. Ideologi dan Strategi Papua Merdeka
Ideologi
dan strategi Papua Merdeka semakin hari semakin bergeser, kalau tidak berganti.
Bergeser ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawa, ke luar, ke dalam. Pembentukan
organisasi baru dan pengangkatan pemimpin baru setelah membentuk organisasi
baru merupakan bukti nyata strategi perjuangan Papua Merdeka tidak berjalan
secara profesional dan presentable di pentas politik global.
Politik
Papua Merdeka bukan lagi politik era dekolonisasi dengan jalan pintas Blok
timur kalau tidak Blok Barat, lalu perkaranya selesai, seperti yang dialami
NKRI. Politik Papua Merdeka telah melewati era "black and white
politics", kita kini ada di era "gray politics" sehingga warna
sayap kiri dan sayap kanan tidak perlu menjadi wacana apalagi dipegang sebagai
sebuah ideologi.
Era
1940-an sampai 1960-an memang masa emas kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah,
karena dengan membentuk nama negara, ada rakyat, ada wilayah, ada bendera, ada
lambang negara, maka dapat diajukan ke Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa
setelah ada proklamasi kemerdekaan. Kini bukan saatnya lagi kita buat acara
lalu mengumumkan deklarasi kemerdekaan. Politik sekarang sudah berbeda warna
dan konstelasinya.
Bukan
berarti pintu untuk kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah telah terhapuskan,
seperti ada yang beritahu saya tahun 2000, bulan Juli. Waktu itu si pemberitahu
katakan, "Adik, kalau kita lewat bulan Desember tahun ini berarti peluang
untuk kita merdeka langsung terhapus dengan sendirinya, karena PBB tetapkan
waktu untuk bangsa-bangsa merdeka di dunia berakhir bulan Desermber tahun
2000." PBB tidak menentukan batas waktu, karena batas waktu Hak Asasi
Manusia (HAM) tidak dibatasi. Kalau merdekekaan itu ialah hak segala bangsa,
seperti tercantum dalam Mukadimah UUD 1945 dari NKRI, maka hak-hak itu justru
diakui dan dilindungi oleh PBB. Sepanjang itu perjuangan kemerdekaan masih dan
akan terus ada, sampai manusia menutuskan untuk menghapus Piagam Persersikatan
Bangsa-Bangsa dan Piagam HAM PBB.
Kalau
perjuangan kemerdekaan bangsa Papua kini merupakan salah satu wujud
perlindungan dan penghargaan terhadap HAM, maka kita barangkali patut berhitung
bagaimana memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia, seingga kita tidak dibodohi
oleh wacana dan cara-cara yang telah lewat masanya.
Ad
4. Nilai Tawar Papua Merdeka
Nilai
tawar Papua Merdeka dimaksudkan dengan menjawab pertanyaan ini:
- Apa manfaatkan Papua Merdeka bagi orang Papua, Tanah Papua, Melanesia, Pasifik Selatan, Asia Tenggara dan Dunia Semesta?
Jadi,
pertanyaanya bukan lagi "Apa artinya Papua Merdeka buat Blok Barat atau
Blok Timur?" seperti di waktu NKRI memproklamirkan kemerdekaannya.
Pertanyaan lanjutan dari pertanyaan inti di atas ialah:
- Apakah Papua Merdeka berarti sekedar menggantikan Negara Indonesia dengan Negara West Papua, Presiden NKRI dengan Presiden West Papua, Menteri NKRI dengan Menteri West Papua; Pemerintah NKRI dengan Pemerintah West Papua; Parlemen NKRI dengan Parlemen West Papua?
- Apa manfaat yang diperolah NKRI sendiri dari kemerdekaan West Papua?
- Apa manfaat yang diperolah orang Papua sendiri dari kemerdekaan West Papua?
- Apa manfaat yang diperlah Tanah Papua dari kemerdekaan West Papua?
- Apa manfaat yang diperoleh Amerika Serikat, Inggris, Australia, China, Jepang, jerman dari kemerdekaan West Papua?
Manfaat
dimaksud dapat dihitung dari berbagai aspek, antara lain
- Aspek keuntungan duit
- Aspek hargadiri dan martabat
- Aspek lingkungan hidup dan keselamatan planet Bumi
- Aspek keamanan dan stabilitas kawasan
Dari
semua aspek ini, saya dengan tidak rela tetapi harus katakan, bahwa yang lebih
utama dan terpenting dari semua manfaat ini, kalau diurutkan dalam daftar
bernomor menurut tingkat kepentingannya, maka kepentingan Blok Barat menjadi
urutan pertama, lalu disusul kepentingan NKRI. Kemudian kepentingan lingkungan
hidup dan Alam Semesta. Kemudian yang terakhir ialah kepentingan bangsa Papua.
Anda
boleh jadi bertanya,
Kalau
manfaat untuk orang Papua sendiri menjadi yang terakhir dan yang paling tidak
penting, mengapa orang Papua setengah mati berjuang dengan waktu, tenaga, dana
dan nyawa sepanjang ini?
Jawabannya
barangkali berpulang kepada Mukadimah UUD 1945 NKRI tadi, bangsa kita tidak
mencari keuntungan, kita tidak mencari makan, kita tidak memberontak karena
kurang nasi atau duit, atau karena kecemburuan sosial. Kita tidak menuntut
belas-kasihan, apalagi cari duit. Kita menuntut hak asasi kita sebagai manusia
yang dilahirkan ke muka Bumi. Kita berupaya membeberkan KEBENARAN mutlak bahwa
pendudukan NKRI atas Tanah Papua ialah tidak sah, karena penuh dengan rekayasa
politik, pelanggaran HAM, pelanggaran New York Agreement dan pelanggaran
prinsip-prinsip demokrasi universal.
Sumber: Sem Karoba