Kisah Perjalanan Group Band Black Brother (Legend of Reggae Pasific Style)
Sekitar 1970 an di Kota Jayapura muncul group-gorup Band di
Angkatan Laut mendirikan Group Band bernama Varunas, di Kodam
Cenderawasih lahirkan Group Tjenderawasih. Begitupula jaman Acub Zainal
jadi Gubernur Acub Zainal ,dirikan Group Band Pemda. Termasuk Polda
Papua dengan Group Band Bhayangkara. Saat itu Hengky MS memulai
populerkan lagu Jayapura di Waktu Malam dan Apuse berirama slow rock.
“Saya ingat dulu mereka bermain di rumah Andy Ayamiseba di
Angkasa Indah, Group Bandnya bernama Iriantos dan setelah hijrah ke
Jakarta barulah mereka memakai nama Black Brother,”kata Fredrik Chaay
salah seorang seniman asal Kaju Pulo kepada tabloidjubi.com di Jayapura, Senin (20/8).
Menurut dia di antara musisi di Kota Jayapura yang jatuh bangun dan
berhasil di Jakarta mungkin hanya Vance S Pondag mantan gitaris Grup
Band Varunas di Jayapura dan juga Black Brother yang dulu di Jayapura
dikenal dengan nama Iriantos. Memang ada anak-anak muda Papua lainnya
seperti, Black Sweet, Black Papas, Coconuts Band dan Airmood Band tapi
tak sepopuler The Black Brother.
Lagu-lagu Black Brother yang sempat hits dan menduduki tangga-tangga
lagu diblantika musik Indonesia sekitar 1970-1980 an adalah lagu
berjudul, Hari Kiamat. “Di tepi jalan si miskin menjerit, hidup
meminta dan menerima. Yang kaya tertawa berpesta pora, hidup menumpang
dikecurangan.Bintang Jatuh Hari Kiamat, pengadilan yang penghabisan.”
Begitulah syair lagu Hari Kiamat, yang mampu melejit di Pulau Jawa dan
menjadikan group kebanggaan masyarakat Papua ini menjadi sangat
digemari.
Adapun personil Iriantos waktu itu adalah, melody Henky Merantoni
yang merantau dari Manado ke Biak dan selanjutnya bergabung di Jayapura
bersama Iriantos. Hengky Merantoni sebelumnya sempat bermain di kapal
Tampo Mas II dan juga Kapal Penumpang Finish.
Hangky Merantoni ini sangat terkenal dengan lagu ciptaannya
Pramuria. Gitaris Hengki Merantoni sangat melekat dengan lagu-lagu The
Purple, group rock asal USA yang sangat terkenal sekitar 1970 an dengan
gitaris andalannya Ricky Blackmore.
Hengky MS punya lagu bertitel Pramuria sebanyak lima lagu masing-masing Kisah Seorang Pramuria, Untukmu Pramuria, Doa Pramuria, Balada Pramuria,Pramuria tapi Biarawati.
Lagu milik Hangky MS pernah dinyanyikan oleh Charles Hutagalung The
Mercys berjudul Kisah Seorang Pramuria. Bahkan dianggap lagu milik
Charles Hutagalung tapi ternyata milik Hengky Merantoni.
Musik Black Brothers termasuk tipe musik 1970 an di Indonesia karena
memiliki melodi yang manis, harmonis, tak berbelit-belit. Jadi sangat
sederhana dan simple untuk dinyanyikan. Black Brothers juga memakai
isntrumen alat tiup saxophon dan tromphet atau trombone yang dimainkan
oleh Amry Kahar dan David Rumagesan. Sedangkan Benny Betay memiliki
ciri khas dalam memetik bass, dan Stevie Mambor punya kekuatan dalam
hentakan bass drum.
Ciri khas lain mereka selalu mengandalkan vocalis utama termasuk pula pemusik utama membentuk koor atau suara back ground.
Lagu-lagu bernuanasa daerah seperti Huembello dan Apuse , biasanya berirama rock dengan melodi utama Hangky MS. Sedangkan untuk berirama keroncong. Kr. Kenangan [Hengky MS] dan Kr. Gunung Sicloop
[Jochie Phu]. Padahal musik keroncong sangat identik dengan orang Jawa.
Walau Black Brothers membawakannya dengan baik meski dengan gaya pop.
Vocalis yang suka menyannyikan lagu-lagu berirama Kroncong adalah
penabuh drum, Stevie Mambor dengan suara khasnya.
Sedangkan Jochy Patipelohi yang bermain pada keyboard adalah
mahasiswa Uncen yang juga pemain group band dari Uncen. Pemain keyboard
inberi sangat piaway dalam memadukan lagu-lagu Black Brother berirama
musik gereja. Hal ini bisa tergambar dalam lagu Black Brother berjudul
Lonceng Kematian dan juga Hari Kiamat.
Hampir sebagian masyarakat di Indonesia ketika itu dan mungkin sekarang menyukai lagu berjudul, Hari Kiamat karangan Jochie Phu. Syair ini sangat menyentuh dan mengingatkan manusia tentang Hari Kiamat..
Hari Kiamat
Lagu/syair: Jochie Phu
Tempo : moderato (sedang)
Di tepi jalan si miskin menjerit
Hidup meminta dan menerima
Si kaya tertawa berpesta pora
Hidup menumpang di kecurangan
Hidup meminta dan menerima
Si kaya tertawa berpesta pora
Hidup menumpang di kecurangan
Sadarlah kau… cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Itulah hidup semakin biasa
seakan tak pedulikan lagi
Tiada kasih bagi yang lemah
Disiram banjiran air mata
seakan tak pedulikan lagi
Tiada kasih bagi yang lemah
Disiram banjiran air mata
Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Group Band Black Brother pada 1978 pernah melakukan show di Kota
Jayapura dan banyak warga yang ikut menyaksikan penampilan mereka di
Jayapura. Usai melakukan show di Kota Jayapura,mereka show ke PNG dan
selanjutnya meminta suaka politik di Negeri Belanda sekitar 1980 an.
Black Brother juga selama di Belanda pernah memopulerkan lagu asal Papua berjudul Yalikoe
berirama disco. Lagu ini sempat masuk dalam deretan irama disco di
daratan Eropah masuk dalam lagu terbaik berirama disco yang dirilis
1983. Kini personil Black Brother tinggal di Australia dan juga di
Vanuatu, sedangkan Agus Rumaropen dan Hengky Merantoni sudah meninggal
beberapa tahun silam.
Sulit mencari group musik asal Papua yang sepopuler Black Brother di
era 1970an. Karena itu tak heran kalau Black Brother menjadi legenda
musik di Papua, Melanesia dan di Indonesia.Bahkan hampir di seluruh
negara Pasifik Selatan Group ini begitu populer karena mampu mengangkat
musik berirama reggae Pasific Style (Jubi/Dominggus A Mampioper)